468x60 Ads

javascript:void(0)
Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >
0 komentar

manfaat eceng gondok bagi kesehatan

11 komentar


Khasiat Enceng Gondok dan Manfaat Enceng Gondok
Semula enceng gondok dianggap sebagai tanaman yang dapat merusak lingkungan karena sifatnya tumbuh liar di rawa, danau, ssungai, selokan dan genangan air lainnya. Karena sifatnya yang mudah tumbuh dan adaptasi itu, enceng gondok dalam waktu sekejap mampu menutupi permukaan sungai ataupun danau sehingga sangat mengganggu pandangan.
Terkadang juga jadi pemicu banjir karena tanaman yang merambat diatas air itu dapat menahan sampah. Sebab itu, banyak upaya memusnahkan enceng gondok karena dianggap sebagai tanaman pengganggu lingkungan dengan jalan pembabatan.
Tapi ada pula yang berpikiran kreatif dengan memanfaatkan tanaman itu sebagai bahan kerajinan seperti tas, tikar, aksesoris, taplak meja dan sebagainya. Alhasil, limbah yang tadinya sangat membantu akhirnya mampu mendatangkan keuntungan..
Kabar baru yang cukup menggembirakan adalah bahwa tanaman enceng gondok memiliki senyawa kimia penting hingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Kandungan Enceng Gondok :
Unsur SiO2, calsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), chlorida (Cl), cupper (Cu), mangan (Mn), ferum (Fe) dan banyak lagi.
Pada akarnya terdapat senyawa sulfate dan fosfat. Daunnya kaya senyawa carotin dan buunganya mengandung delphinidin-3-diglucosida. Dengan seluruh kandungan kimia yang ada itu, enceng gondok dapat menyembuhkan tenggorokan terasa panas, kencing tidak lancar, biduran dan bisul. Kandungan senyawa penting tadi terdapat diseluruh organ tanaman dari akar samapai daun ddapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Bahkan bunganya yang menawan juga bagus dijadikan bahan obat tradisional.
Pemakaian enceng gondok sebagai obat dalam
Sediakan daun enceng gondok dan bagian lainnya sebanyak 20-30 gram lantas digodok. Dinginkan dan air rebusannya diminum.
Untuk mengobati bisul
Siapkan daun atau akar enceng gondok segar secukupnya. Lantas bahan tadi dilumatkan sampai halus, kemudian ditambahkan garam secukupnya, kemudian ditempelkan pada bisul.
Mengobati kencing tidak lancar dan biduran
Batang enceng gondok segar direbus, kemudian air rebusannya di dinginkan kemudian diminum. Hanya dengan pengobatan tradisional itu, air seni bisa lancar (Agrobis).

jeruk bali

0 komentar

The pomelo (Citrus maxima or Citrus grandis) is a crisp citrus fruit native to South and Southeast Asia. It is usually pale green to yellow when ripe, with sweet white (or, more rarely, pink or red) flesh and very thick albedo (rind pith). It is the largest citrus fruit, 15–25 centimetres (5.9–9.8 in) in diameter,[1] and usually weighing 1–2 kilograms (2.2–4.4 lb). Other spellings for pomelo include pummelo, and pommelo. An alternative name is shaddock.
The pomelo is native to Southeast Asia[2] and is known there under a wide variety of names. In large parts of South East Asia, it's a popular dessert, often eaten raw sprinkled with or dipped in salt mixture. It is also eaten in salads or together with yoghurt, and sometimes pickled.
The pomelo tastes like a sweet, mild grapefruit (which is itself a hybrid of the pomelo and the orange[3]), though the typical pomelo is much larger in size than the grapefruit. It has very little, or none, of the common grapefruit's bitterness, but the enveloping membranous material around the segments is bitter, considered inedible, and thus usually is discarded. The peel is sometimes used to make marmalade, can be candied and sometimes dipped in chocolate or, in China, is used in stir fries with pork [4]. Pomelos are usually grafted onto other citrus rootstocks, but can be grown from seed, provided the seeds are not allowed to dry out before planting. The seedlings take about eight years to start blooming and yielding fruit[citation needed].
The etymology of the word "pomelo" is uncertain. It is thought to perhaps be an alteration of pampelmoes ("shaddock") or alternatively, perhaps an alteration of a compound of pome ("apple") + melon.[5]
The town of Tambun in Perak, Malaysia is particularly famous for pomelos.[citation needed] The two varieties are a sweet kind, which has white flesh, and a sour kind, which has pinkish flesh and is more likely to be used as an altar decoration than actually eaten. Pomelos are a must during the mid-autumn festival or mooncake festival; they are normally eaten fresh.[citation needed]
Pomelo seedling
The fruit is said to have been introduced to Japan by a Cantonese captain in the An'ei era (1772–1781).[6] The Chinese use pomelo leaves in a ritual bath, which they believe helps to cleanse a person and repel evil[citation needed].
In rural areas in Assam, children often use pomelos as footballs.[citation needed]
In Manipur, the fruit is used as a major source of vitamin C. This fruit holds a high place in the culture and tradition of Manipur.[citation needed]

Hybrids

The tangelo is a hybrid between the pomelo and the tangerine. It has a thicker skin than a tangerine and is less sweet. The orange is also suggested to be a hybrid of the two fruits. Mandelos are another pomelo hybrid.

Gallery

MAKALAH

0 komentar




                      MAKALAH

 

BAB l


Latar Belakang Masalah

Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang diperolehnya dengan cara belajar. Dalam pengalaman dan proses belajar, manusia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai simbol, bentuk, olah gerak, gambar, maupun audio. Dengan adanya simbol-simbol, bentuk–bentuk, olah gerak, gmbar, maupun audio tersebut, kebudayaan dapat dikembangkan karena suatu peristiwa atau benda dapat dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan menggunakan satu istilah saja, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki manusia itu sendiri. Masyarakat Indonesia misalnya memiliki kebudayaan yang sangat beranekaragam. Masing-masing pulau dan suku yang ada di Indonesia memiliki karakteristik budaya tersendiri, yang merupakan ciri masing-masing daerah tersebut. Berkaitan dengan kebudayaan yang ada dimasyarakat, dalam hal ini penulis akan membahas tentang salah satu unsur kebudayaan yang berada di jepara.
 Kabupaten Jepara merupakan sebuah daerah yang mempunyai peranan historis yang amat penting dalam kehidupan ekonomi dan budaya . Dari kota ini muncul banyak sekali tradisi dan budaya. seperti Tradisi Baratan, Perang Obor, Jembul Keling / Jembul Tulakan, Kirab Budaya, dan masih banyak lagi. Tradisi Baratan yang ada di Kalinyamatan sangat unik dan agak berbeda, tidak hanya berkaitan denan Nisfu Sya’ban semata, tapi juga masyarakat kalinyamatan mengadakan tradisi bernama “Baratan” ini yang diadakan setiap tanggal 15 nisfu sya’ban ini berkaitan dengan peringatan peristiwa pembunuhan suami Ratu Kalinyamat, di mana didalam tradisi itu  ada arak-arakan yg terdiri dari Ratu Kalinyamat, Wali Kutub, Para Dayang, Prajurit dan Impes ( lampion ) yang sangat meriah sekali.Tradisi baratan ini kemudian di kemas menjadi acara tahunan yang  di tunggu, sehingga menarik perhatian ribuan pasang mata dari masyarakat kalinyamatan dan sekitarnya. Acara ini pernah dikemas menjadi salah satu peristiwa yang tercatat dalam buku MURI ( Museum Rekor Indonesia ) yaitu pawai membawa lampion dengan peserta terbanyak yang terjadi di daerah Kalinyamatan beberapa waktu yang lalu.
Oleh sebab itu penulis ingin mengangkat tradisi ini supaya lebih dikenal khususnya generasi muda sebagai penerus melestarikan budaya khususnya di Jepara. Apabila dikembangkan tradisi ini juga dapat menanarik wisatawan, baik wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga dapat menaikkan pendapatan  masyarakat khususnya di kalinyamatan.Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya akan sumber pariwisata, budaya dan tradisinya.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah tradisi baratan itu ?
Apa pegaruh bagi tradisi baratan bagi masyarakat Kalinyamatan ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk megetahui tentang tradisi baratan.
Untuk mengetahui pengaruh tradisi baratan bagi masyarakat kalinyamatan.

Manfaat Penelitian
Diperoleh gambaran yang lebih mendalam dan Kompresif tentang tradisi Baratan.
Menambah pengetahuan tentang pengaruh tradisi baratan bagi masyarakat Kalinyamatan.
Mengenal dan melestarikan budaya yang ada di Jepara.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini     adalah :

Observasi Langsung

Yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan kunjungan langsung ke tempat yang  berhubungan dengan masalah yang di teliti. Dalam metode in penulis melakukan kunjungan langsung ke kantor Kecamatan Kalinyamatan dan desa kriyan.

Wawancara

Yaitu suatu metode dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak – pihak yang memiliki hubungan dengan masalah yang di teliti. Dalam metode ini , penulis melakukan wawancara dengan bapak K. Mudhofar dan bapak Noor Harsono selaku sesepuh di Kriyan dan Kasi pemerintahan di kecamatan Kalinyamatan.

 Studi Pustaka

Yaitu suatu metode peelitian yang meggunakan data yang berupa buku dan refrensi sumber yang ada hubungannya dengan permasalahan yang di bahas. Riset kepustakaan ini  di pakai untuk mencari dengan menampilkan data dengan cara membaca buku atau refrensi untuk memperoleh keterangan dan inforasi yg di perlukan.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Tradisi Baratan

              Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1208) kata tradisi bermakna adat  turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan istilah baratan menurut K.H. Mudhofar Fatkhurrohman  berasal dari kata Baro’ah atau bara’atan yang berarti berkah. Menurut beliau juga  Kata “baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang berarti keberkahan. Menurut Bp. Marzuki (Bupati Jepara) Baratan sesuai dengan kata asalnya Bara’atan berarti lebaran atau melebur (sumber: internet). Jadi tradisi baratan adalah suatu adat kebiasaan untuk mendapatkan keselamatan atau keberkahan yang dilakukan secara turun temurun.Dalam buku “Legenda Jepara”, Tradisi Baratan merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang, menghormatoi wafatnya Sultan Hadirin dan memperingati hari jadi dari masing-masing desa dengan mengadakan selamatan/kenduri bersama dengan hidangannya yaitu nasi ambengan dan dilengkapi dengan juwadah puli yang ditaburi parutan kelapa serta apem dimushola-mushola, masjid, balai desa serta pemanjaran uplik di depan rumah-rumah penduduk.Selain itu juga untuk memeriahkan suasana diadakan pawai obor/oncor yang dilanjutkan tirakatan. Tradisi ini  dilakukan oleh masyarakat desa yang berada disepanjang jalan dari desa Damaran yang dilalui pertama kali oleh Sultan Hadirin.

Pengaruh Tradisi Baratan
           Pengaruh bermakna daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. (KBBI, 2002: 849).
Pengaruh tradisi baratan adalah suatu adat kebiasaan untuk mendapatkan keselamatan atau keberkahan yang dilakukan secara turun temurun yang ikut membentuk watak, kepercayaan bagi masyarakat.



Kehidupan Masyarakat Kalinyamatan
          Kehidupan berarti cara (keadaan, hal) hidup (KBBI, 2002: 400). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI, 2002: 400), masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Kalinyamatan adalah suatu kecamatan bagian dari Jepara yang terletak kurang lebih 24 km dari kota Jepara
          Kehidupan masyarakat kalinyamatan adalah cara hidup sejumlah manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yang sama di wilayah kecamatan Kalinyamatan.












BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tradisi Baratan

Pawai Baratan digelar di desa Kriyan, Kalinyamatan, Jepara. dilaksanakan sebagai puncak peringatan Nisfu Sya’ban (17/7). Baratan adalah arak-arakan simbol Ratu Kalinyamat diiringi wali kutub.dayang-dayang, para prajurit dengan diterangi lampu penerang berupa obor, impes atau lampion berpawai dari masjid al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan.Menurut panitia kegiatan Asyari Muhammad, mengatakan “ tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang.“Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa obor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai,”. Baratan juga merupakan momentum berkumpulnya warga dari penjuru kabupaten Jepara terutama warga Kalinyamatan. Dari pertemuan itu, akan menuai keramaiaan luar biasa. Selain itu, Baratan berasal dari kata Bara’atan berarti : lebaran, melebur atau terbebas (dari kekhilafan)  . Kepercayaan bagi warga Kalinyamatan dengan melakukan tradisi Baratan ” ALLAH akan memberikan panjang umur, dosa-dosaya di ampuni,dan diberikan lapang  rizkinya”,saat itu  kita pun sebentar lagi akan bertemu dengan bulan Ramadan yang akan datang.pada saat hari peringatan paginya diadakan lomba melukis gambar yang bertema baratan dan mewarnai bagi anak-anak,  pada malamnya sebelum pawai, peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali ( yang pertama meminta di ampuni dosanya, kudua minta panjang umur ( terhindar dari cobaan dan penyakit ), dan ketiga meminta di lapangkan rizkinya ) kemudian diteruskan dengan bancakan ( syukuran ) , santap bersama, berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar rasanya kenyal, beras dicampur dengan bleng. Menurut salah satu versi, Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti 'maafkanlah aku'. Nishfu Syakban merupakan momentum menghadapi Ramadan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa. Ritual Baratan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban atau Ruwah/ bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk, maka ritual Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi diri  setelah memohon ampun. Hal-hal yang perlu ada dalam ritual Baratan ini adalah: Lampu lampion,lampionnya dapat berupa: Impes yaitu jika berbentuk silinder dan berkerut, bentuk-bentuk binatang, dan berupa bus, pesawat, ataupun yang lain. Dalam hal ini makanan puli dan lampu lampion merupakan syarat yang harus ada dalam ritual Baratan.

Pengaruh Tradisi Baratan terhadap Kehidupan Masyarakat Kalinyamatan
Masyarakat kalinyamatan pada umumnya bangga karena di daerahnya ada tradisi baratan, khususnya selama tradisi itu  masih dilaksanakan di kalinyamatan. Baratan di anggap sebagi budaya yag memiliki banyak pengaruh yang bisa mengarahkan masyarakat kepada perkembangan yang positif, kenyataan ini bisa kita lihat di kehidupan sehari-hari masyarakat kalinyamatan, dan pada saat tradisi ini di gelar. Berikut pengaruh tradisi baratan:
Bidang Agama
Hasil wawancara dengan sesepuh desa kriyan ( K.H. Mudhofar Fatkhurrahman ) Tradisi baratan dapat di manfaatkan sebagai sarana siar Islam. Dalam pelaksanaan tradisi baratan dipanjatkan doa-doa dan melaksanakan sholat jama’ah, juga kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan islam, sehingga dapat miningkatkan ketaqwaan, menambah iman, dan mempererat tali silaturrahim atau ukhuwah islamiah. Hal ini tentu membuat semua masyarakan akan merasa tentram, damai, dan  terhindar dari perselisihan antar warga.

Bidang Ekonomi
Hasil wawancara dengan warga Margoyoso ( saudara ayu permatasari yang ber provesi sebagai pedagang musiman ) mengatakan pendapatannya meningkat khususnya pada hari pelaksanaan tradisi baratan. Hal ini dapat di maklumi karena tradisi ini membutuhkan lampion. Selain itu tradisi ini mendorong masyarakat sekitar keatif untuk membuat berbagai inovasi bentuk dan ukuran lampion dan menjualnya. Hasil dari penjualan lampion dapat dapat meningkatkan pendapatan warga kalinyamatan. Selain itu pedagang jenis lain juga meraup untung berlipat dari hasil biasanya, karena keramaian yang tercipta dari tradisi baratan ini. sehingga menimbulkan keinginan masyarakat yang tidak punya pekerjaan untuk berjualan makanan, minuman, lampion,dll.

Bidang Sosial
Berdasarkan wawancara dengan Kasi Pemerintah Kecamatan Kalinyamatan ( bapak Noor Hariyono ), di bidang sosial tradisi baratan juga sangat berpengaruh, karena dapat menumbuhkan sikap kebersamaan. Juga terjadi interaksi sosial.  Ketika semua masyarakat Kalinyamat dan sekitarnya berkumpul menjadi satu, mereka merasa kalau yang berkumpul itu adalah kesatuan dari mereka sehingga  menimbulkan rasa persaudaraan, rasa kebersamaan diantara mereka, juga menumbuhkan rasa perduli dan menghargai terhadap sesamanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan tradisi membuat puli. Mereka membuat puli ( makanan khas Baratan ) dan membagikan ke tetangga, dan orang-orang yang kurang mampu. Hal itu menimbulkan ikatan tetangga yang kuat, sehingga tidak goyah karena suatu masalah. Kegiatan tersebut dijadikan sebagai ajang sarana kegiatan positif remaja ( pelajar ) sehingga terhindar dari kegiatan negatif.

Bidang Budaya
Tradisi baratan merupakan tradisi turun temurun yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kalinyamatan dan berpengaruh positif. Budaya tersebut dapat lestari karena tradisi baratan selalu diadakan setiap tahunnya. Kegiatan tersebut sudah diagendakan sehingga menjadi acara rutin tahunan. Oleh karena itu, budaya ini akan tetap terjaga dan lestari dari generasi sekarang sampai generasi yang akan datang, sehingga dunia tahu kalau Indonesia mencintai, merawat, dan tidak buta akan keanekaragaman budaya yang di  milikinya. Dengan demikian, akan tumbuh generasi muda yang cinta akan budayanya.







BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Tradisi baratan adalah suatu tradisi yang bermaksud untuk menghormati Sultan Hadirin. Tradisi tersebutdilaksanakan dengan cara mengadakan selamatan / kenduri bersama dengan hidangan yaitu nasi ambengan dan di lengkapi dengan juadah puli yang di taburi parutankelapa serta apemdi mushola-mushola, masjid-masjid, dan di balai desa-bali desa serta pemanjaran upli di rumah-rumah penduduk. Selain itu, untuk emeriahkan suasana diadakan pawai obor / oncor yang dilanjutkan tirakata.
Tradisi baratan mmemberi pengaruh yang positif terhadap masyarakat kalinyamatan yaitu pengaru agama, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam bidang agama tradisi baratan dapat meningkatkan ketqwaan, meningkatkan iman, dan mempererat tali silaturrahim. Dalam bidang ekonomi tradisi baratan  dapat meningkatkan pendapatan warga kalinyamatan. Dalam bidang sosial tradisi baratan dapat menumbuhkan sikap kebersamaan, menimbulkan rasa persaudaraan, juga menumbuhkan rasa perduli dan menghargai terhadap sesamanya. Dalam bidang budaya tradisi baratan dapat tetap terjaga dan lestari dari generasi sekarang sampai generasi yang akan datang, sehingga dunia tahu kalau Indonesia mencintai, merawat, dan tidak buta akan keanekaragaman budaya yang di  milikinya.

Saran
Dari hasil penelitian ini diharapkan pada masyarakat terutama generasi muda dapat mengetahui lebih jauh tentang tradisi dan budaya khususnya di Jepara. Karena  generasi muda bertanggung jawab mempertahankan dan melestarikan budaya yang ada.Bagaimanapun bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu melestarikan budayanya dan sejarah negaranya. Selain itu stigma bahwa mempelajari suatu budaya itu hanya berfikir jauh harus dihilangkan, dan harus disertai pemikiran untuk kedepan sehingga generasi muda tidak lagi menjadi generasi yang buta akan budaya negaranya.
 Kepada pemerintah daerah Jepara, kami mengharapkan dapat memberikan perhatian khusus agar tradisi baratan ini dapat dipertahankan dan di lestarikan sehingga jepara menjadi salah satu kota budaya. 
Kami berharap ada penelitian lain tentang tradisi jepara  yang masih banyak belum kita ketahui.






LAMPIRAN










LAMPIRAN 1
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Bapak Akhmad Soeharto
Tempat            : Kecamatan Kalinyamatan
Waktu            : 17 Oktober 2012

Pertanyaan : Apa Peran Kecamatan Terhadap Perayaan Baratan?
Jawaban     : Peran kecamatan Kalinyamatan adalah sebagai Fasilitator, yaitu dengan menyediakan tempat, menanggung dana, membuat surat undangan kepala desa seperti itu. Jadi di sini Kecamatan berperan sebagai Fasilitator.